Buahbuah rahmat Sakramen Pengurapan Orang Sakit persatuan orang sakit dengan sengsara Kristus demi keselamatannya sendiri dan keselamatan Gereja; penghiburan, perdamaian dan keberanian untuk menderita secara Kristen sengsara yang ditimbulkan oleh penyakit atau oleh usia lanjut; pengampunan dosa, apabila orang sakit tidak dapat menerimanya melalui Sakramen Pengakuan; penyembuhan, kalau ini berguna bagi keselamatan jiwa; persiapan untuk peralihan ke hidup abadi
PengurapanOrang Sakit adalah sakramen penyembuhan yang kedua setelah sakramen Tobat. Yang berhak menerimanya adalah orang beriman yang merasa mulai menghadapi bahaya maut (sakit keras), lanjut usia, maupun orang yang menghadapi operasi besar. Jika orang yang sudah menerima SPOS itu sembuh, jika kemudian sakit lagi maka dapat menerimanya kembali.
PengurapanOrang Sakit adalah sakramen penyembuhan yang kedua setelah sakramen Tobat. Dalam sakramen ini seorang Imam mengurapi si sakit dengan minyak yang khusus diberkati untuk upacara ini. "Pengurapan orang sakit dapat diberikan bagi setiap umat beriman yang berada dalam bahaya maut yang disebabkan sakit atau usia lanjut" (kanon 1004; KGK 1514).
Apakahorang Kristen percaya pada 7 Sakramen? Pada Konsili Trente (1545-63), Gereja Katolik Roma secara resmi menetapkan jumlah sakramen menjadi tujuh : baptisan, penguatan, Ekaristi, penebusan dosa, tahbisan suci, perkawinan, dan pengurapan orang sakit. Teologi gereja-gereja Ortodoks Timur juga menetapkan jumlah sakramen pada tujuh .
UpacaraSakramen ini secara esensial terdiri dari pengurapan dengan minyak yang, sedapat mungkin, diberkati oleh Uskup. Pengurapan ini diberikan pada dahi dan kedua tangan si sakit (ritus Roma) atau juga bagian-bagian tubuh lainnya (dalam ritus lainnya) diiringi dengan doa Imam yang memohon rahmat khusus Sakramen ini bagi si sakit. #KKGK 318. #
cara mengirim al fatihah untuk seseorang yang masih hidup. Sakramen Pengurapan orang sakit merupakan tanda dan sarana yang mengungkapkan iman Gereja akan kerahiman Allah yang menyembuhkan dan menyelamatkan. Kebiasaan berdoa dan mengurapi orang sakit dengan minyak merupakan tradisi Israel. Pada Perjanjian Lama, sakitnya seseorang selalu dikaitkan dengan dosa sehingga dihukum Allah dengan berbagai macam penderitaan Mzm 10717. Untuk penyembuhannya, orang sakit diurapi balsam Yer 822 & berdoa mohon penyembuhan Tuhan Sir 389 Pada Perjanjian Baru, Yesusmenyatakan bahwa sakit menyatakan kuasa Allah dan penyembuhan merupakan karya keselamatan Allah Yoh 9 2-7. Yesus sangat memahami apa yang dibutuhkan orang sakit. Injil banyak memberikan kesaksian Yesus menyembuhkan orang tuli, orang buta, orang lumpuh, orang kusta dsb . Pada Mrk 613; “Dan mereka mengusir banyak setan dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka”. Yesus memberikan kuasa penyembuhan kepada para murid Mat 101. Pengurapan minyak atas orang sakit dilanjutkan oleh umat beriman setelah Yesus naik ke surga. Rasul Yakobus menulis pada Yak 5 11-14; “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia. Dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni. Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya”. Dengan Sakramen Pengurapan orang sakit, Gereja menyerahkan umat beriman yang berada dalam bahaya karena sakit atau usia lanjut kepada Tuhan agar menerima kekuatan & penghiburan untuk mengalami penderitaan dengan kesabaran dan ketabahan sebagaimana Yesus telah mengalaminya . Pengampunan atas semua dosanya, baik dosa ringan maupun dosa berat, bila sudah tak mampu lagi menerima Sakramen Tobat . Kekuatan berserah diri untuk memasuki hidup abadi. Bila Tuhan menghendaki, ia menerima kesembuhan demi keselamatannya . Ritus pengurapan orang sakit sebagai berikut Materia minyak suci dioleskan pada dahi & telapak tangan si sakit dalam ibadat sabda Forma Semoga karena pengurapan suci ini, Allah Yang Maharahim menolong saudara dengan rahmat Roh Kudus. Amin. Semoga Ia membebaskan saudara dari segala dosa & membangunkan saudara untuk mengenyam kebahagiaan sejati. Amin. Pelayan sah sakramen pengurapan orang sakit adalah Imam yang tidak dilarang oleh hukum. Yang berhak mendapatkan pelayanan sakramen adalah orang beriman katolik yang sakit atau lanjut usia yang mampu menggunakan akal budi, pernah memintanya waktu sadar dan mereka yang berada dalam bahaya mati. Sakramen ini dapat diterimakan lagi jika setelah sembuh yang bersangkutan sakit berat lagi atau jika masih dalam keadaan sakit yang sama bahayanya semakin berat. Sejauh memungkinkan, pengurapan orang sakit hendaknya didahului pengakuan dosa dan dilengkapi penerimaan komuni. Jangan sampai penerimaan Sakramen Pengurapan Orang Sakit ditunda sampai si sakit sudah sedemikian parah sehingga tidak dapat menghayatinya.
Sponsors Link Sakramen pengurapan orang sakit atau makna sakramen minyak suci merupakan salah satu dari tujuh sakramen yang terdapat dalam agama Katolik. Pada mulanya, sakramen ini ditujukan bagi mereka yang sedang sekarat atau mendekati ajal. Dengan fungsinya tersebut, banyak orang yang malah takut melakukan sakramen pengurapan orang sakit karena beranggapan sakramen ini dapat mempercepat kematian. Alhasil, semakin hari sakramen ini semakin jarang digunakan. Oleh karena itulah, dalam perkembangannya terjadi perubahan fungsi pada sakramen pengurapan orang sakit. Sejak Konsili Vatikan II, sakramen ini tidak hanya ditujukan bagi mereka yang sakit parah, tetapi juga bagi mereka yang lemah supaya diberikan kekuatan secara jasmani maupun rohani. Selain itu, sakramen ini juga dapat dilakukan berkali-kali, berbeda dengan mulanya yang hanya dapat dilakukan satu kali. Pelaksanaan sakramen pengurapan orang sakit dilakukan oleh seorang imam dan dihadiri oleh komunitas jemaat. Imam menumpangkan tangannya pada dahi si sakit sambil berdoa supaya Allah berkenan mengampuni jenis-jenis dosa dalam Alkitab, menganugerahkan keselamatan, dan berkenan menambahkan hati si sakit. Setelah itu, Imam mengusap tangan dan dahi si sakit dengan minyak khusus yang telah diberkati, yaitu minyak Oleum Infirmorum. Kalau kita memperhatikan, umat hierarki gereja Katolik sering sekali menggunakan lambang dan simbol dalam ritual-ritual, termasuk dalam sakramen. Bukan karena mereka menyembah benda yang dijadikan lambang tersebut, melainkan mereka ingin lebih mendalami dan merasakan kehadiran Allah yang tak terlihat melalui benda ciptaan yang berfungsi sebagai lambang. Lambang dan simbol juga dianggap dapat membuat mereka lebih mampu melihat kedalaman kebaikan, kasih, belas kasih, dan hal-hal batiniah lainnya. Simbol-simbol pada Sakramen Pengurapan Orang Sakit Minyak Urapan Minyak urapan merupakan simbol pada sakramen pengurapan orang sakit yang paling penting. Karena itulah sakramen ini juga biasa disebut sakramen minyak suci. Sejak dulu, minyak memang sudah dikenal sebagai alat yang dapat menyembuhkan dan menyucikan. Dalam Alkitab sendiri, minyak urapan sudah disebutkan dua puluh kali, dan sebagian besar berfungsi untuk menguduskan sesuatu, seperti mezbah, bejana, dan peralatan-peralatan dalam kemah suci lainnya. Selain itu, minyak urapan juga dapat digunakan untuk acara-acara tertentu, seperti pelantikan imam, raja, dan nabi. Oleh karena itu, jaman dahulu orang biasa dilarang untuk menggunakan minyak urapan, apalagi membuatnya demi kepentingan pribadi. Dalam kitab Keluaran 3023-24, bahan-bahan untuk membuat minyak urapan terdiri dari mur, kayu manis, dan bahan-bahan alami lainnya. Sedangkan untuk perjanjian baru, minyak urapan hanya disebutkan empat kali dan masing-masing memiliki tujuan yang berbeda-beda. Salah satu dasar Alkitab penggunaan minyak dalam sakramen pengurapan orang sakit yaitu terdapat pada Yakobus 514 yang mengatakan, “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.” Tanda Salib Simbol yang paling identik dengan umat Kristiani adalah tanda salib. Pada pelaksanaan sakramen pengurapan orang sakit, Imam membuat tanda salib pada dahi dan tangan si sakit. Umat Katolik memang sering sekali menggunakan salib dalam kehidupan sehari-harinya, contohnya membuat tanda salib di tubuh saat sebelum dan sesudah berdoa. Beberapa ajaran mengatakan bahwa dengan membuat tanda salib secara tidak sadar mereka disucikan oleh Allah. Selain itu, membuat tanda salib juga dapat melindungi umat dari ajaran duniawi yang menyesatkan. Namun secara umum, penggunaan tanda salib memiliki makna yaitu untuk mengingatkan kita akan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Penggunaan tanda salib Katolik juga memiliki sejarah sendiri. Pada abad kedua, banyak sekali umat Kristiani yang dianiaya dan dibunuh oleh orang Romawi. Sampai suatu ketika mereka bertemu dengan seorang Jenderal Romawi yang memiliki belas kasih pada orang Kristen yang disiksa. Namanya adalah Konstantinus, nama yang sekarang dijadikan nama kota di Turki. Pada suatu malam, Sang Jenderal bermimpi, apabila ia ingin menang melawan Maxentinu di kota Roma, maka dia harus menandai seluruh pedangnya dengan tanda salib. Dia pun melakukannya, alhasil menanglah Sang Jenderal dan umat Kristiani terbebas dari penyiksaan. Itulah awal mulanya umat Kristiani mulai menggunakan tanda salib. Dahi Saat melakukan pengurapan, sang Imam mengoleskan minyak suci pada dahi si sakit. Alasan mengapa dahi dijadikan simbol dalam sakramen ini dikarenakan dahi merupakan salah satu bagian tubuh manusia yang paling mudah dilihat. Umat Katolik percaya bahwa mereka perlu memperlihatkan citra karakter Kristus melalui perbuatan. Dengan mengurapi dahi si sakit, menandakan kebutuhan akan Kristus serta bersedia mengikut-Nya, dan secara tidak langsung akan menggambarkan citra Kristus melalui dirinya. Tangan Selain dahi, Imam juga mengoleskan minyak suci pada tangan si sakit. Tangan dianggap sebagai anggota tubuh yang paling sering digunakan saat melakukan aktivitas. Dengan mengurapi tangan, si sakit diingatkan supaya senantiasa melakukan segala aktivitasnya untuk kepentingan dan kehendak-Nya. Menumpangkan Tangan Dalam Markus 1618 berbunyi, “… mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.” Ayat ini merupakan salah satu dasar mengapa Imam menumpangkan tangan saat mengurapi si sakit. Selain dalam sakramen pengurapan orang sakit, banyak sekali acara/ritual yang juga melibatkan penumpangan tangan. Menumpangkan tangan menjadi salah satu simbol dalam sakramen pengurapan orang sakit karena memiliki makna bahwa kuasa Tuhan memasuki orang yang sakit melalui mediasi dari Imam. Selain itu, menumpangkan tangan pada si sakit juga dirasa dapat memberikan kenyamanan, menunjukkan kepedulian dan perhatian.
Apakah Anda mencari gambar tentang Gambar Sakramen Pengurapan Orang Sakit? Terdapat 51 Koleksi Gambar berkaitan dengan Gambar Sakramen Pengurapan Orang Sakit, File yang di unggah terdiri dari berbagai macam ukuran dan cocok digunakan untuk Desktop PC, Tablet, Ipad, Iphone, Android dan Lainnya. Silahkan lihat koleksi gambar lainnya dibawah ini untuk menemukan gambar yang sesuai dengan kebutuhan anda. Lisensi GambarGambar bebas untuk digunakan digunakan secara komersil dan diperlukan atribusi dan retribusi.
Apakah Anda mencari gambar tentang Sakramen Pengurapan Orang Sakit? Terdapat 44 Koleksi Gambar berkaitan dengan Sakramen Pengurapan Orang Sakit, File yang di unggah terdiri dari berbagai macam ukuran dan cocok digunakan untuk Desktop PC, Tablet, Ipad, Iphone, Android dan Lainnya. Silahkan lihat koleksi gambar lainnya dibawah ini untuk menemukan gambar yang sesuai dengan kebutuhan anda. Lisensi GambarGambar bebas untuk digunakan digunakan secara komersil dan diperlukan atribusi dan retribusi.
Sejarah Sakramen Pengurapan Orang Sakit dalam KatolikAwal Mula Sejarah Sakramen Pengurapan Orang Sakit1. Gereja Perdana2. Abad Kelima3. Periode Patristik4. Periode Carolingan5. Abad Keduabelas6. Abad Keenambelas7. Tahun 19838. Masa – Sakramen pengurapan orang sakit. Salah satu sakramen yang ada dalam kepercayaan Katolik adalah pengurapan orang sakit. Sakramen dalam gereja Katolik ini masuk dalam kategori ini ditujukan untuk mereka yang ingin mendapatkan pemulihan secara jasmani atau rohani. Selain itu sakramen ini juga untuk pengurapan orang sakit atau sakramen minyak suci untuk mendapatkan pengampunan dari ini memiliki tujuan penyembuhan dan pengampunan adalah karena berasal dari karya dan kehidupan Yesus Kristus. Seperti dijelaskan dalam Injil bahwa kita bsia mengetahui banyak mukjizat Yesus untuk menyembuhkan dan mengampuni orang lebih mengenal lagi tentang asal usul, sejarah, awal mula, penyebab adanya sakramen pengurapan orang sakit bisa dilihat pada pembahasan di bawah ini. Anda bisa menyimak ulasan lengkapnya pada uraian Mula Sejarah Sakramen Pengurapan Orang SakitSejarah sakramen ini bermula pada masa sejarah gereja perdana, kemudian berlanjut pada periode carolingan, hingga masa kini. Selengkapnya silahkan simak pembahasan Gereja PerdanaMurid-murid Yesus telah mengusir banyak setan, mengoleaskan banyak orang sakit dengan minyak serta menyembuhkan mereka. Ini merupakan contoh praktek prngurapan orang sakit pada gereja pada saat itu pengurapan dilakukan bukan dalam bentuk sakramen, melainkan hanya pelayanan biasa saja. Kemudian Korespondensi Paulus menganggap hal itu sebagai karunia penyembuhan yang bersifat karismatik, sedangkan Yakobus lebih mengartikan praktek tersebut sebagai sebuah pelayanan penyembuhan bersifat ini berlanjut selama periode patristik awal, karena pada abad ketiga dan keempat, Origen dan John Chrysostom menafsirkan surat Yakobus sebagai penyembuhan yang cenderung ke arah spiritual dibanding menganggap bahwa Tuhan merupakan orang Yahudi dan pasti akan merasa asing dengan istilah penyembuhan fisik atau spritual. Selain itu mereka juga berpendapat bahwa Yesus mungkin akan memandang penyembuhan sebagai salah satu hal yang mempengaruhi keseluruhan pribadi Abad KelimaPenggunaan minyak tidak digunakan oleh imam saja, orang awam juga boleh menggunakannya kapan saja mereka butuhkan. Seiring perkembangan zaman, pendapat tentang makna pengurapan orang sakit juga semakin berkembang yang menjadi lebih Periode PatristikDi masa ini, penyembuhan yang sebenarnya bisa didapat dari doa orang beriman serta pengurapan menggunakan minyak suci. Ketika itu didominasi oleh minyak sudi dan banyak orang menganggap minyak suci sebagai obat dari tentu saja percaya akan kekuatan minyak pengurapan untuk menyembuhkan sakit, sehingga penggunaannya menjadi tidak teratur. Mereka mengurapi satu sama lain dan mengoleskan minyak urapan pada bagian yang sakit tanpa disertai Periode CarolinganPada masa periode carolingan terjadi perubahan lagi mengenai makna dan artinya. Perubahan ini bermula dengan dibentuknya ritual penyembuhan bagi pastur yang sedang sekarat. Ritual ini diawali dengan penerimaan sakramen tobat dan dilanjutkan sakramen pengurapan orang itu pada abad kesepuluh, pengurapan ini hanya bisa dilakukan oleh mereka yang mendekati kematian. Sampai akhirnya banyak yang menamakan sakramen ini sebagai sakramen Abad KeduabelasPraktis pengurapan dengan minyak suci tidak hanya dioleskan pada bagian yang sakit saja. Melainkan juga pada indera manusia sehingga mencerminkan gagasan bahwa indera adalah penyebab Fransiskan berspekulasi bahwa sakramen pengurapan khusus untuk mengampuni dosa hina. Sementara itu teolog Domanika merasa sakramen ini bertujuan untuk menghapus sisa dosa, yakni kebiasaan buruk yang mungkin masih tetap Abad KeenambelasDi masa ini, Konsili Trente berusaha mengembalikan makna sakramen pengurapan orang sakit ke makna semula. Uskup menolak proposal yang berisi pembatasan pengurapan orang sakit hanya kepada mereka yang dalam keadaan sekart draf terakhir proposal menyatakan sakramen ini bisa digunakan oleh mereka yang sakit, terutama mereka yang sedang dalam keadaan darurat. Meski demikian rupanya orang-orang masih menganggap sakramen pengurapan hanya diperuntukkan bagi mereka yang dalam keadaan sekarat Tahun 1983Kitab Hukum Kanon berbicara mengenai pengurapan orang sakit sebagai satu unsur dalam pemeliharaan pastoral orang yang sakit. Sakramen ini tidak hanya dipahami sebagai penyembuhan saja melainkan juga tersebut juga mengacu pada makna penyembuhan gereja mula-mula, yaitu penyembuhan pribadi secara keseluruhan. Kita juga bisa mengingat kembali kisah Yesus yang mengampuni dosa saat menyembuhkan, ini yang mendasari sakramen minyak suci dimaknai secara lebih Masa KiniSekarang sakramen pengurapan orang sakit kembali diperuntukkan bagi orang yang kesehatannya terganggu atau mereka yang lemah di usia lanjut. Jadi, untuk melakukan sakramen ini tidak harus menunggu sampai dalam keadaan darurat untuk mencegah adanya pandangan bahwa sakramen ini khusus bagi mereka yang mau itu sakramen ini juga bisa dilakukan berkali-kali jika penyakitnya kambuh setelah diurapi, penyakit menjadi tambah parah, dan orangtua yang kondisinya lemah. Untuk menghindari penyalahgunaan sakramen ini, gereja Katolik memberi aturan hanya bisa diberikan bagi mereka yang kesehatannya terganggu atau ada alasan kuat KataSekian dulu pembahasan dari kami mengenai awal mula sakramen pengurapan orang sakit. Mudah-mudahan dapat menambah wawasan yang baik untuk kita dalam memperdalam Reformasi Gereja Martin LutherTujuan Perjamuan Kudus dalam ProtestanAyat Alkitab Tentang Berserah kepada Tuhan
gambar sakramen pengurapan orang sakit